Membongkar Makna di Balik Teks: UNWIRA Kupang Bedah Buku Filsafat Dekonstruksi Karya P. Yoseph Riang, SVD

Diskusi bedah buku karya dari P. Yoseph Riang, SVD., S.Fil.

Kota Kupang, TIRILOLOKNEWS.COM || REGIONAL – Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang menggelar diskusi bedah buku berjudul “Filsafat Dekonstruksi: Tesis-tesis Kunci, Tinjauan, dan Kritik Pandangan Jacques Derrida” karya P. Yoseph Riang, SVD., S.Fil., M.Th., M.I.Kom., pada Kamis (21/11/2024). Acara yang berlangsung di Aula St. Paulus UNWIRA yang dimoderatori oleh Didimus Dedi Dhoso, S.Fil., M.A., dan menghadirkan empat pembicara, yakni P. Yoseph Riang, SVD., S.Fil., M.Th., M.I.Kom., Romo. Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ., P. Dr. Otto Gusti Madung, SVD., serta Drs. Marianus Kleden, M.Si.

Dalam pemaparan materi, Romo Franz Magnis Suseno menyampaikan bahwa buku karya P. Yoseph Riang membantu pembaca untuk memahami pemikiran dekonstruksi Jacques Derrida. Beliau menjelaskan bahwa dalam filsafat dekonstruksi, makna teks tidak bersifat tunggal, melainkan plural. Filsafat dekonstruksi bertujuan untuk mendobrak pola pikir diktatorial, yaitu pandangan yang memaksakan kebenaran personal kepada orang lain.

Marianus Kleden, M.Si., menyoroti bahwa dekonstruksi pada dasarnya adalah penolakan terhadap pemutlakan makna. Marianus Kleden menjelaskan bahwa dalam konteks Indonesia, dekonstruksi telah diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti sastra, politik, kesehatan, ideologi, dan hak asasi manusia. Beliau juga mendalami bentuk-bentuk dekonstruksi yang berkembang di Indonesia.

Sementara itu, P. Otto Gusti Madung, SVD, membahas buku ini melalui empat poin penting: tinjauan umum buku Filsafat Dekonstruksi, paradigma berpikir anti-totalitarian, pluralism, serta disensus di ruang publik. Pater Otto Gusti Madung menekankan bahwa filsafat dekonstruksi merupakan bentuk tanggapan terhadap masyarakat modern yang ditandai oleh ketidakpastian, keberagaman, dan hilangnya dominasi makna tunggal. Menurutnya, metode dekonstruksi membuka ruang bagi pertarungan gagasan yang lebih mendasar.

Dalam wawancara bersama Radio TIRILOLOK, P. Yoseph Riang menjelaskan motivasinya menulis buku ini, yaitu untuk melatih berpikir kritis. Beliau mengajak masyarakat, khususnya mahasiswa, agar tidak mudah menerima informasi sebagai kebenaran mutlak tanpa proses verifikasi yang mendalam. P. Yoseph Riang berharap mahasiswa mampu melakukan dekonstruksi terhadap berbagai aspek, termasuk metode pembelajaran, gaya mengajar, dan atmosfer akademis di kampus.

Kegiatan bedah buku ini diselenggarakan oleh UPT Perpustakaan Pusat Universitas Katolik Widya Mandira.