Tokoh  

Aleksander Missa: 33 Tahun bersama Radio Tirilolok

Di sudut teras rumah kecil yang berukuran 4x4 M, seorang lelaki pensiunan kembali menceritakan kisah-kisah tentang dirinya bersama salah satu stasiun radio tua yang sampai sekarang setia mewartakan nilai-nilai kehidupan yang mereka pandang sebagai sumber inspirasi dan hiburan bagi para pendengarnya.

Di sudut teras rumah kecil yang berukuran 4×4 M, seorang lelaki pensiunan kembali menceritakan kisah-kisah tentang dirinya bersama salah satu stasiun radio tua yang sampai sekarang setia mewartakan nilai-nilai kehidupan yang mereka pandang sebagai sumber inspirasi dan hiburan bagi para pendengarnya.

Sesekali, lelaki berkulit sawo matang itu menertawakan kembali pengalaman-pengalaman lucu yang pernah dibuatnya semasa menjadi penyiar dadakan di stasiun itu.

Nama stasiun itu adalah Radio Tirilolok Swara Verbum Kupang. Baginya, frekuensi FM. 101.1 MHz adalah pilihan yang tidak akan tergantikan selagi masih bisa mendengar suara-suara kisah dan kasih di stasiun tua itu.

Lelaki pensiunan itu bernama Aleksander Missa, atau biasa disapa dengan panggilan Aleks. Berumur hampir 50-an dengan rambut yang sudah memutih dan penglihatan yang sudah mulai kabur.

Tepat pada pukul 11:00 AM, salah seorang Crew Radio Tirilolok mengunjungi Aleks di kediamannya di Jalan Sukun Dua, Oepura RT 26 pada Sabtu 14/11. Rumahnya sederhana, sama halnya dengan cerita kesederhanaannya ketika menjadi operator dan sebagai penagih iklan di instansi, pertokoan dan lembaga-lembaga yang bekerja sama dengan Radio Tirilolok.

Pada dasarnya, Aleks adalah karyawan Radio yang memiliki cinta dan pengorbanan serta kesetiaan yang tidak mampu dimiliki oleh semua orang. Keistimewaan ini juga turut menciptakan suatu ruang kepercayaan kepada putra Aleks yang sekarang juga sementara bekerja di Radio Tirilolok menggantikan tugas yang dipercayakan kepada beliau sebelumnya.

Kesetiaan yang digambarkan oleh Aleks Missa seutuhnya dirasakan dalam waktu yang ia gunakan untuk bekerja di Radio Tirilolok. Aleks menghabiskan waktu selama kurang lebih 30 tahun mengudara bersama Radio Tirilolok.

Waktu itu dihitung sejak Radio masih menggunakan teknologi terbatas dan jangkauan yang tidak terluas pada waktu itu. Dalam wawancara bersama Tim Radio, Aleks mengutarakan bahwa waktu selama 33 tahun bukanlah suatu hal yang mudah dilalui, ada banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi setiap hari, baik itu dari Crew Radio sendiri, dari para pendengar Radio atau pun dari instansi dan lembaga yang bekerja sama dengan pihak Radio.

Meskipun demikian, Aleks juga sangat menikmati pekerjaan yang ia tekuni sebagai bagian dari dirinya yang sudah melekat lama. Alhasil, meskipun pada tahun 2013 ia resmi pensiun dari Radio Tirilolok, tenaganya masih dibutuhkan hingga pada tahun 2022. Tentu, kesetiaan yang ia miliki menjadi modal yang sangat berharga bagi pelayanan dan koordinasi baik yang ia miliki dengan kolega-kolega yang bekerja sama dengan Radio Tirilolok itu sendiri.

Perihal kesetiaan ini, Aleks juga mendeskripsikan semua tempat kerja yang telah dilewatinya sebelum masuk ke Radio Tirilolok. Sebelumnya, Aleks pernah bekerja di bengkel yang juga diprakarsai oleh misi SVD. Bagi Aleks, tidak ada pekerjaan yang baik tanpa melewati situasi suka dan dukanya.

“Suasana menghibur para pendengar Radio turut membuat saya sebagai operator juga turut terhibur. Pengorbanan bangun lebih awal pada pagi hari karena Radio akan mengudara pukul 05:00 WITA dan tidur lebih lambat pada pukul 24:00 WITA setelah Radio ditutup adalah suatu panggilan sukacita bagi saya dalam menghibur para pendengar setia.” cerita Aleks singkat.

Waktu 30 tahun memberikan suatu pengalaman yang luar biasa bagi Aleks. Baginya, bekerja di Radio tidak hanya soal mengatur jadwal tayang iklan dan pengumuman dari Pemerintah tentang kebijakan atau peraturan tertentu, tidak hanya juga soal memutar lagu-lagu yang sesuai dengan Request para pendengar dan pecinta Radio, tetapi mengudarakan suara-suara kaum lemah yang terpinggirkan, tidak mendapat ruang dalam kehidupan sosial dan sulit mengakses kehidupan yang layak sebagaimana diterima oleh warga negara yang lainnya.

Singkatnya, Aleks tetap merawat dan menjaga spirit serta identitas dari Radio Tirilolok yakni bersuara bagi mereka yang tidak mampu bersuara (We are the Voice of the Voiceless).