Oelamasi, TIRILOLOKNEWS.COM || REGIONAL – Pada Sabtu, (29/3/2025), Dalam rangka Gebyar Yubelium 2025, Komunitas Marriage Encounter (ME) Keuskupan Agung Kupang mengadakan Ziarah Pertobatan Ekologis di Taman Ziarah Yesus-Maria, Oebelo, Kabupaten Kupang.
Dengan mengusung tema umum tahun Yubelium 2025 yaitu “Peziarah Harapan”, di mana kegiatan ini mengingatkan anggota ME yang mengadakan ziarah pada hari itu bahwa manusia hanyalah peziarah di bumi, bukan menjadi pemilik bumi. Kegiatan ini sekaligus menjadi wujud nyata dari seruan Paus Fransiskus tentang pertobatan ekologis, yakni ajakan untuk mengubah cara pandang terhadap dunia, lingkungan, dan hubungan dengan sesama ciptaan Tuhan.
Kegiatan ini dikoordinasikan langsung oleh RD. Anselmus Leu selaku Koordinator Wilayah IV ME Keuskupan Agung Kupang, bersama Pasangan Paula-Vinsensius Boyani. Aspek teknis ziarah dipercayakan kepada Komunitas ME Angkatan 35, dengan pelaksana kegiatan Pasangan Aris-Yo, berkoordinasi dengan Pater Silverius Homa, CMF, dan komunitasnya selaku pengelola taman ziarah.
Acara ini dihadiri oleh anggota ME Keuskupan Agung Kupang, baik awam, klerus, maupun biarawan-biarawati se-Keuskupan Agung Kupang. Rangkaian kegiatan diawali dengan ibadat tobat dan pengakuan dosa pribadi di Biara CMF Oebelo mulai pukul 08.00 WITA, di mana enam imam hadir untuk melayani pengakuan dosa, yakni RD. Anselmus Leu, RD. Sekundidus Lopis, Pater Silverius, CMF, Pater Mansen, CMF, Pater John Salu, SVD, dan Pater Dismas, SVD. Turut hadir pula para suster dari Kongregasi Puteri Reinha Rosari (PRR), Kongregasi Pengikut Yesus (CIJ), dan Kongregasi Misi (CM).
Setelah menerima sakramen pengakuan dosa, peserta Ziarah Pertobatan Ekologis melanjutkan perjalanan rohani dengan mengikuti Jalan Salib yang dipimpin langsung oleh Pater Mansen, CMF dengan melalui rute yang menanjak menambah tantangan fisik, seolah menggambarkan beratnya jalan penderitaan Kristus menuju Kalvari.
Dari satu stasi ke stasi berikutnya, peserta diajak untuk merenungkan semangat pertobatan ekologis, menyatukan refleksi mereka dengan penderitaan Yesus yang memberikan hidup-Nya bagi keselamatan dunia.
Dalam perjalanan ini, kehadiran seorang ibu dalam derita hidup menjadi nyata dalam sosok Bunda Maria. Sebagaimana Maria setia menemani Yesus hingga di bawah kaki salib, demikian pula seorang ibu hadir dalam setiap pergulatan hidup anak-anaknya.
Puncak Jalan Salib ini menegaskan belarasa Yesus yang tuntas, sebuah kasih yang tidak hanya melihat penderitaan, tetapi ikut menderita bersama. Melalui permenungan ini, peserta semakin disadarkan bahwa misi keselamatan Kristus telah terlaksana, namun panggilan untuk belarasa dengan sesama dan alam ciptaan Tuhan masih terus berlanjut.
Pertobatan ekologis bukan hanya tindakan lahiriah, tetapi juga komitmen spiritual untuk mencintai, menjaga, dan merawat kehidupan.
Sebagai puncak Ziarah Pertobatan Ekologis, Perayaan Ekaristi Kudus berlangsung khidmat di Taman Ziarah Yesus-Maria, Oebelo. Pater Silverius, CMF, dan Pater Mansen, CMF bertindak sebagai koordinator liturgi, sementara Romo Anselmus Leu, PR selaku selebran utama, didampingi lima imam konselebran. Suasana perayaan semakin semarak dengan kehadiran koor dari Paroki Santa Maria Fatima Taklale, yang mengiringi liturgi dengan penuh semangat dan kekhusyukan.
Dalam kata pembukaan, Romo Ansel menegaskan pentingnya pertobatan ekologis sebagai wujud tanggung jawab umat terhadap keberlanjutan bumi. Ia mengingatkan bahwa hubungan manusia dengan alam mencerminkan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. “Apa yang kita lakukan terhadap alam, sejatinya kita lakukan terhadap diri sendiri,” tegasnya.
Dalam homilinya, Romo Ansel mengajak seluruh peserta untuk merefleksikan kesadaran akan peran manusia sebagai penjaga bumi. Ia menekankan bahwa bumi adalah rumah bersama yang harus dijaga dan dirawat. “Kita semua hidup di atas bumi ini, dan kita harus bertanggung jawab terhadapnya. Tanpa bumi, kita mau ke mana? Bumi adalah sumber kehidupan, tempat kita tumbuh, dan tempat kita kembali. Dari tanah kita diciptakan, dari tanah kita memperoleh makanan, dan kepada tanah kita akan kembali,” ujarnya.
Perayaan ini menjadi momen refleksi mendalam bagi komunitas Marriage Encounter (ME) Keuskupan Agung Kupang, sekaligus memperkuat komitmen mereka dalam menjaga lingkungan sebagai bagian dari panggilan iman.
Usai Perayaan Ekaristi, para peserta Ziarah Pertobatan Ekologis mengabadikan momen kebersamaan melalui sesi foto bersama. Dokumentasi ini menjadi simbol sukacita dan semangat persaudaraan yang terjalin selama peziarahan.
Acara kemudian berlanjut dengan makan siang bersama di Biara CMF Oebelo, di mana hidangan yang tersaji berasal dari sumbangan para anggota Marriage Encounter (ME) Keuskupan Agung Kupang. Kebersamaan semakin terasa hangat dengan obrolan ringan dan canda tawa di antara peserta.
Melimpahnya hidangan menjadi bahan gurauan, hingga muncul candaan khas bahwa ME bukan hanya singkatan dari Marriage Encounter, tetapi juga “Makan Enak.” “Mau makan enak, jadi anggota ME!” ujar salah satu peserta, disambut gelak tawa seluruh hadirin.
Sebagai bentuk komitmen nyata dalam pertobatan ekologis, panitia Ziarah Pertobatan Ekologis menggelar aksi penanaman pohon di sekitar Taman Ziarah Yesus-Maria, Oebelo. Pohon mangga dan kelapa dipilih sesuai dengan permintaan khusus Pater Sil dan Pater Mansen selaku penanggung jawab taman ziarah.
Aksi ini menjadi simbol kepedulian dan komitmen komunitas Marriage Encounter (ME) Keuskupan Agung Kupang dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Setelah rangkaian kegiatan rohani, ziarah ditutup dengan acara rekreasi yang dipenuhi kegembiraan. Para peserta larut dalam tari jai, tebe, serta dangdut bersama, mengekspresikan sukacita dan kebersamaan dalam peziarahan ini.
Dalam sambutannya, Romo Anselmus Leu, PR, menegaskan bahwa ziarah ini merupakan yang pertama kali diadakan oleh ME Keuskupan Agung Kupang, sekaligus mengapresiasi tim penyelenggara, khususnya ME Angkatan 35 di bawah kepemimpinan pasangan Aris-Yo. Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi komunitas ME untuk terus menghidupi semangat pertobatan ekologis dalam kehidupan sehari-hari.
Sekitar pukul 15.00 WITA, rangkaian Ziarah Pertobatan Ekologis resmi berakhir. Para peserta kembali ke rumah masing-masing dengan hati penuh sukacita dan semangat baru, berkomitmen untuk terus menjadi Peziarah Harapan yang menjaga bumi dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Ziarah ini menjadi bukti nyata bahwa pertobatan ekologis bukan sekadar konsep, tetapi panggilan iman untuk bertindak demi bonum commune—kebaikan bersama. Sebagai penutup, Romo Sikundidus Lopis, PR, memberikan berkat pengutusan, meneguhkan setiap peserta agar terus mewujudkan pertobatan ekologis dalam kehidupan sehari-hari.