MUSEUM 1000 MOKO : MELESTARIKAN WARISAN LELUHUR

Pulau Alor, yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, adalah salah satu permata tersembunyi yang menawarkan sejuta pesona. Selain keindahan alam bawah lautnya yang menakjubkan, pulau ini juga terkenal dengan tradisi dan budayanya yang unik. Salah satu tradisi yang memikat adalah keberadaan "Moko" yang membuat Alor juga dikenal dengan sebutan "Pulau 1000 Moko."

Museum 1000 Moko

Pulau Alor, yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, adalah salah satu permata tersembunyi yang menawarkan sejuta pesona. Selain keindahan alam bawah lautnya yang menakjubkan, pulau ini juga terkenal dengan tradisi dan budayanya yang unik. Salah satu tradisi yang memikat adalah keberadaan “Moko” yang membuat Alor juga dikenal dengan sebutan “Pulau 1000 Moko.”
Moko adalah benda logam berbentuk tambur yang bagian atas dan bawahnya ditutupi. Di Pulau Alor, moko telah menjadi benda pusaka dengan peran penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi moko beragam, mulai dari sebagai sarana upacara, simbol status sosial, alat musik, hingga sebagai “belis” atau mas kawin dalam budaya masyarakat Alor. Selain itu, moko juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Moko tidak hanya berfungsi dalam kehidupan sosial dan ekonomi, tetapi juga sebagai simbol perdamaian. Dalam penyelesaian konflik, moko digunakan sebagai tanda berakhirnya pertikaian, di mana salah satu pihak akan menyerahkan moko kepada pihak lainnya sebagai simbol perdamaian. Moko yang telah digunakan untuk tujuan ini tidak boleh lagi digunakan sebagai mas kawin karena diyakini dapat membawa kemalangan bagi pasangan yang menikah.
Di Kota Kalabahi, terdapat Museum 1000 Moko yang menjadi tempat penyimpanan dan pelestarian moko-moko tersebut. Museum ini didirikan atas inisiatif Pemerintah Daerah Kabupaten Alor dan diresmikan pada tanggal 4 Mei 2004 oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur saat itu, Piet A. Tallo. Penamaan “1000 Moko” menunjukkan betapa banyaknya moko yang dimiliki Pulau Alor dan pentingnya pelestarian warisan leluhur ini.

Dalam wawancara Radio Tirilolok bersama Yarit Gomangane,Staf Museum 1000 Moko, menjelaskan Museum 1000 Moko tidak hanya menyimpan koleksi moko, tetapi juga menggambarkan keanekaragaman budaya dan potensi Kabupaten Alor. Terdapat sekitar 50 jenis moko yang berbeda, dengan setiap jenisnya bisa memiliki 5 hingga 12 moko. Hal ini menjelaskan jumlah koleksi moko di sini mencapai sekitar seribu moko.
Dalam perawatannya, moko harus dijaga agar tetap utuh dan terjaga keasliannya. Proses pencucian moko dilakukan secara alamiah menggunakan bahan alami seperti asam, tanpa menggunakan bahan kimia. Dahulu, pencucian moko disertai dengan upacara adat, namun seiring perkembangan zaman, upacara adat ini tidak lagi dilakukan.

Moko memiliki makna khusus bagi masyarakat Alor, terutama dalam konteks mas kawin. Moko dipercaya berasal dari Dongson, Vietnam Utara, dan diadopsi dalam budaya Alor. Selain itu, nilai sebuah moko tidak ditentukan oleh ukuran fisiknya, tetapi oleh manfaat dan kegunaan yang dimilikinya.
ia juga mengungkapkan pentingnya peran generasi muda dalam memahami dan melestarikan budaya moko. Ia berharap agar anak-anak muda sebagai penerus bangsa dapat belajar dan mendalami tentang tradisi moko serta maknanya. Namun, ada pembatasan bagi perempuan khususnya di Pulau Alor sendiri untuk mendalami makna moko secara mendalam, karena dianggap “pamali” atau tabu.

Salah satu koleksi paling besar dan unik di Museum 1000 Moko adalah moko nekara, yang ditemukan oleh Simon J Oil Balol di Desa Kokar, Alor Barat Laut pada 20 Agustus 1972. Penemuan moko nekara ini terjadi setelah Simon menggali di tempat yang ia lihat dalam mimpinya. Penemuan tersebut kemudian diangkat dengan sebuah upacara adat sebagai bentuk penghormatan. Selain moko, museum ini juga memiliki koleksi lain seperti perahu naga, senjata busur dan panah, serta tenunan daerah. Perahu naga dianggap sakral karena merupakan representasi nenek moyang yang datang menggunakan perahu serta menjadi tempat pelaksanaan upacara adat.

Pulau Alor tidak hanya kaya akan keindahan alamnya, tetapi juga memiliki warisan budaya yang berharga. Keberadaan moko sebagai simbol budaya dan tradisi menjadi cerminan betapa kayanya warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat Alor. Museum 1000 Moko menjadi salah satu upaya penting dalam menjaga dan melestarikan kekayaan budaya ini, serta mengajarkan generasi muda tentang pentingnya menghargai dan merawat warisan budaya. Dengan demikian, keberadaan moko akan tetap lestari.