ETMC dan Harapan Baru Sepak Bola NTT

PSSI Kota Kupang dorong pembenahan klub Dldemi sepak bola NTT.

Kota Kupang, TIRILOLOKNEWS.COM || REGIONAL – Radio TIRILOLOK menggelar program Viral NTT dengan tema “ETMC dan Kebangkitan Sepak Bola NTT” pada Sabtu (13/12/2025) di Studio Radio TIRILOLOK. Program ini membahas arah pembinaan sepak bola Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui kompetisi El Tari Memorial Cup (ETMC).

Dialog menghadirkan anggota Executive Committee PSSI Kota Kupang, Polce Pandie, serta mantan pemain PSKK Kupang dan Galatama, Frans Watu.

Dalam pemaparannya, Polce Pandie menegaskan bahwa kebangkitan sepak bola NTT harus diawali dengan pembenahan organisasi yang tertata dan berlandaskan regulasi.

“Penguatan sepak bola harus dimulai dari klub yang memiliki legalitas jelas, struktur kepengurusan yang valid, serta sistem pembinaan pemain yang terdata dengan baik,” ujar Polce.

Ia menjelaskan, ketentuan tersebut telah diatur dalam statuta asosiasi dan menjadi syarat wajib bagi klub yang ingin berkompetisi di ETMC hingga Liga 4.

Menurut Polce, pemenuhan regulasi bukan sekadar formalitas, melainkan fondasi agar organisasi sepak bola di NTT bertumbuh secara sehat dan profesional.

“Asosiasi bukan hanya pembina, tetapi juga regulator yang memastikan manajemen kompetisi dan organisasi di tingkat kabupaten dan kota berjalan dengan benar,” katanya.

Selain itu, Polce menyatakan pentingnya peningkatan kualitas perangkat pertandingan, khususnya wasit dan pelatih. Ia mengakui, tingginya biaya lisensi kepelatihan masih menjadi kendala yang membutuhkan solusi konkret.

“Kualitas pemain tidak bisa dilepaskan dari kualitas pelatih dan wasit. Ini pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama,” ujarnya.

Menjelang persiapan menuju Pekan Olahraga Nasional (PON), Polce menilai kesiapan sepak bola NTT belum maksimal, terutama dari sisi perwasitan yang hingga kini masih menjadi persoalan klasik.

“Kalau ingin dipercaya menjadi tuan rumah dan penyelenggara pertandingan nasional, kualitas perwasitan harus segera dibenahi,” tegas Polce.

Sementara itu, Frans Watu menyoroti kualitas kompetisi dan tata kelola keanggotaan klub. Menurutnya, banyaknya jumlah klub peserta tidak otomatis mencerminkan kualitas kompetisi.

“Jumlah klub boleh banyak, tapi kualitas harus diukur dari infrastruktur, manajemen, dan program pembinaan yang jelas,” ujar Frans.

Ia menilai penetapan klub sebagai anggota tetap asosiasi harus melalui kajian ketat, termasuk kepemilikan lapangan latihan, pelatih berlisensi, serta pembinaan usia dini yang berkelanjutan.

Frans mengapresiasi kehadiran klub-klub baru yang menciptakan iklim kompetitif, namun mengingatkan pentingnya transparansi dan kejujuran dalam proses administrasi.

“Asosiasi harus memahami sejarah dan latar belakang klub agar tidak terjadi penyimpangan dalam verifikasi dan pengambilan keputusan,” katanya.

Frans juga mengkritisi lemahnya pemantauan pemain selama turnamen. Ia menilai asosiasi perlu membentuk tim pencari bakat yang melibatkan mantan pemain untuk memetakan potensi atlet, terutama dalam persiapan jangka panjang menuju PON.

“Tanpa sistem pemantauan dan basis data pemain yang jelas, pembinaan akan berjalan tanpa arah,” ujarnya.

Selain itu, ia mengingatkan lemahnya pengawasan lisensi pelatih dan verifikasi pemain.

“Penggunaan lisensi harus diawasi ketat, begitu juga verifikasi identitas pemain, agar tidak terjadi manipulasi data yang merugikan pemain lokal dan mencederai semangat pembinaan daerah,” tegas Frans.

Sebagai informasi, berdasarkan data resmi Asprov PSSI NTT, turnamen El Tari Memorial Cup (ETMC) pertama kali digagas oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur saat itu, El Tari, pada tahun 1969, dan hingga kini menjadi ajang sepak bola paling bergengsi di NTT.