Di hari pertama tahun baru 2024, kita tidak hanya merayakan pergantian angka pada kalender, tetapi juga merayakan rahmat Allah yang dinyatakan lewat Gereja yaitu merayakan pesta “Theotokos” Maria Bunda Allah. Sudah berabad-abad umat manusia memberikan gelar “Theotokos” kepada Maria yaitu gelar Maria “Bunda Allah.” Gelar ini bukan sekadar sebuah sebutan belaka, melainkan sebuah penghormatan yang mendalam atas peran Maria sebagai perantara antara surga dan bumi. Dia, yang dengan penuh rahmat, dengan penuh kerendahan hati serta kepasrahan menerima panggilan Tuhan untuk menjadi ibu dari Sang Penebus.
Di detik-detik awal tahun yang baru, kita merenungkan kehadiran Maria Bunda Allah dalam perjalanan hidup kita di tahun 2024 ini. Theotokos, panggilan lembut yang membawa kita kepada makna kepasrahan dan kesetiaan pada kehendak Ilahi.
Maria, sosok yang penuh kerendahan hati, menjadi teladan bagi kita. Dalam diri Maria “Bunda Allah,” kita temukan kekuatan kepasrahan dan kesetiaan yang tulus.
Dalam keheningan hati, mari kita merenungkan keindahan kepasrahan pada rencana Tuhan. Sebuah panggilan ilahi tersemat dalam setiap detik yang kita hidupi, seperti melodi yang terdengar dalam gemericik air sungai yang mengalir.
Maria Bunda Allah, teladan yang penuh cinta dan pasrah, mengajarkan bahwa dalam kepatuhan pada kehendak Ilahi, kita bukan hanya menjalani hidup, tetapi juga merangkul kebahagiaan sejati. Sebuah kebahagiaan yang tidak bersandar pada pengharapan semu, melainkan pada kesetiaan Allah yang tak berujung.
Dalam pasrah pada rencana Tuhan, kita membuka pintu bagi mujizat ilahi yang tak terimajinasikan. Terkadang, rencana Tuhan sangat berbeda dengan yang apa kita bayangkan. Allah selalu hadir dalam ketidakpastian hidup kita untuk mengajarkan kita bahwa kita harus belajar untuk melepaskan kendali dan mempercayakan diri seutuhnya kepada kehendak ilahi.
Di awal tahun yang baru ini saya mengajak kita semua untuk melepaskan semua kendali kita dan mempercayakan diri kita seutuhnya kepada kehendak ilahi bagaikan kapal yang melibas lautan, membiarkan dirinya dipandu oleh hembusan angin tak terlihat. Kehendak Ilahi adalah lautan yang luas, penuh misteri, dan kita, bagaikan kapal dalam perjalanan ilahi yang terukir oleh tangan sang pencipta kita. Seiring dengan bisikan angin di layar kapal kita, demikianlah kehendak Ilahi yang memimpin langkah-langkah kita. Terkadang, lautan itu tenang, memberikan ketenangan dalam kepasrahan, dan terkadang, ombak datang membentuk cobaan, mengajarkan kita untuk bersandar pada kekuatan ilahi yang lebih besar. Mari kita belayar di lautan lepas 2024 dengan membiarkan diri kita dipandu oleh hembusan angin ilahi dan terus berharap bahwa kita akan tiba dipenghujung tahun 2024 dengan meraih impian ditangan kita masing-masing.