Menyelami Makna di Balik Aturan

Renungan Senin, 09 September 2024, Pekan Biasa XXIlI

Yesus, melontarkan sebuah pertanyaan yang menantang kepada ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” pertanyaan ini membuka pandangan baru tentang hukum.

Penting untuk dipahami bahwa Sabat, dalam tradisi Yahudi, adalah hari perhentian yang dimaksudkan untuk mengingat pencipta yang adalah Tuhan dan sekaligus juga sebagai waktu istirahat. Ahli taurat dan orang-orang Farisi memahami dan menerapkan aturan hari sabat dengan kurang tepat. Karena itu, Yesus menggugat pemahaman mereka dengan menunjukkan bahwa kebaikan dan penyelamatan nyawa tidak seharusnya dikorbankan atas nama ketaatan buta. Dengan menyembuhkan seorang pemuda yang sakit, Yesus menegaskan bahwa tindakan kasih adalah wujud nyata dari ketaatan kepada Tuhan.

Yesus mengajak kita untuk memahami nilai terdalam dari aturan. Mengikuti aturan hanya karena terpakasa atau untuk mengikuti kewajiban semata dapat menyebabkan kita kehilangan nilai dari hukum itu sendiri. Yesus mengajak kita untuk melihat prinsip-prinsip kasih, belas kasihan, dan keadilan di balik aturan. Aturan yang ditetapkan oleh Tuhan, termasuk hukum Sabat, memiliki tujuan utama untuk melindungi dan memelihara kehidupan manusia. Namun, seringkali, aturan-aturan ini disalahartikan atau diterapkan secara salah tanpa mempertimbangkan konteks atau kebutuhan manusia.

Yesus menekankan bahwa aturan tidak boleh menindas atau menghambat perbuatan baik. Ketika aturan-aturan ini menjadi beban dan mengabaikan tujuan utamanya, maka aturan tersebut tidak lagi melayani fungsinya sebagai alat perlindungan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita didorong untuk mengevaluasi dan menyesuaikan penerapan aturan dalam kehidupan kita dengan mengutamakan nilai-nilai kasih, belas kasihan, dan keadilan. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita tidak hanya mematuhi aturan, tetapi kita juga memenuhi tujuan sebenarnya dari aturan tersebut—yakni untuk memperkaya kehidupan kita dan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.

Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk melihat aturan bukan hanya sebagai serangkaian larangan atau kewajiban, tetapi sebagai pedoman untuk hidup yang lebih baik dan lebih manusiawi. Dalam injil hari ini, dikisahkan bahwa Yesus menyembuhkan seorang pria pada hari Sabat, dan tindakannya ini memicu kemarahan di kalangan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Dia menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan pertanyaan yang menantang pemahaman mereka tentang hukum Sabat. Mari kita belajar dari Yesus untuk melihat aturan sebagai cara untuk melindungi dan memberdayakan manusia, bukan sebagai alat pengekang. Dengan demikian, kita dapat menjadi pelaksana aturan yang bijaksana dan penuh kasih, yang selalu memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan sesama.