Anak Manusia adalah Tuhan Atas Hari Sabat (Markus 2: 23-28)

Dalam bacaan Injil hari ini, yang diambil dari Injil Markus 2: 23-28 mengisahkan tentang orang-orang Farisi mengeritik  perlakuan para murid Yesus yang memetik gandum pada hari Sabat.

Yesus dan para muridNya

Dalam bacaan Injil hari ini, yang diambil dari Injil Markus 2: 23-28 mengisahkan tentang orang-orang Farisi mengeritik  perlakuan para murid Yesus yang memetik gandum pada hari Sabat.

Hari Sabat, atau Shabbat dalam bahasa Ibrani, adalah hari ke-7 dalam Minggu. Sabat  yang biasa  dimulai pada matahari terbenam Hari Jumat dan berakhir pada matahari terbenam Hari Sabtu. Pentingnya Hari Sabat dapat dipahami dari perspektif keagamaan dan budaya dalam tradisi Yahudi. Dalam Sepuluh Perintah Allah, ada salah satu perintahnya adalah “: “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat”. Hari Sabat dianggap sebagai hari istirahat, refleksi, dan ibadah kepada Tuhan. Selama Sabat, kegiatan pekerjaan sehari-hari dihentikan, dan fokus dialihkan pada ibadah, keluarga, dan kegiatan spiritual.

Yesus menanggapi kritikan orang-orang Farisi dengan menunjukkan pada  pancaran cahaya kebenaran: “Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk Hari Sabat.” Dalam kata-kata ini, terungkap pemahaman baru yang meruntuhkan batasan dan membebaskan makna Hari Sabat. Yesus mau mengungkapkan  Bahwa Hari Sabat sebenarnya suatu hari istimewa dan menjadi puncak kehormatan dan penyembahan kepada Allah, sehingga mansuia diberi kebebasan untuk mengekspresikan dengan lebih bebas bukan membebani mereka dengan banyak aturan.

Poin kedua yang Yesus tunjukkan pada orang-orang Farisi adalah pemahaman akan pribadi Yesus sendiri. Ketika Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat. Yesus sebenaranya menyoroti bahwa kehadiran-Nya membawa dimensi baru pada makna kudus tersebut. Kepemimpinan-Nya melebihi batas-batas hukum, mengarahkan kita pada pemahaman bahwa kasih dan pemahaman yang mendalam atas kebutuhan manusia adalah esensi sejati dari kekudusan Hari Sabat.

Dalam panggilan untuk menghidupi iman yang kuat sebagai umat Kristen, kita diingatkan untuk memberikan penghormatan yang tulus kepada Hari Tuhan, khususnya dalam perayaan Hari Minggu yang dihadiahkan kepada kita untuk bersatu dalam doa dan Ekaristi. Jadi Hari Minggu bukanlah hanya sebuah rentetan 24 jam, tetapi suatu pemberian ilahi untuk mendekatkan diri pada sang pencipta.  Jadi Fokus perhatian kita pada hari Minggu adalah Tuhan sendiri. Seperti Yesus katakan dalam Injil hari ini yaitu: Anak Manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat.