Harapan untuk menjadi pribadi yang sempurna mungkin pernah menjadi bagian dari cita-cita kita. Kita bercita-cita untuk menjadi sosok yang tidak memiliki kekurangan apapun. Kita membayangkan bahwa jika kita bisa mencapai kesempurnaan, segala sesuatu dalam hidup kita akan berjalan dengan lancar dan bahagia. Namun, kenyataan seringkali berbeda. Ketika mimpi untuk menjadi pribadi yang sempurna tidak tercapai, kita merasa kecewa dan mulai meragukan diri sendiri. Rasa penyesalan dan putus asa bisa muncul dan menghalangi kita untuk melihat nilai dari perjalanan hidup kita yang sebenarnya.
Injil hari ini memberikan wawasan yang sangat berharga kepada kita. Seorang pemuda datang kepada Yesus, bertanya tentang tindakan baik apa yang harus diperbuatnya untuk memperoleh hidup yang kekal. Yesus menjawab dengan meminta pemuda tersebut untuk hidup sesuai dengan perintah Allah. Namun, pemuda itu merasa bahwa dia sudah melaksanakan semua perintah Allah dan kembali bertanya kepada Yesus tentang apa yang masih kurang. Yesus kemudian memberikan tantangan yang lebih besar “Pergilah, jualah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, dan engkau akan memiliki harta di surga. Kemudian datanglah kemari dan ikutilah Aku,” (Bdk. Mat. 19: 21). Mendengar perintah itu, pemuda tersebut pergi dengan sedih karena ia tidak mampu melakukannya.
Tuhan tidak memaksakan manusia untuk mencapai kesempurnaan. Namun, Tuhan mengharapkan agar kita setia melakukan kebaikan dalam hidup sehari-hari. Kita perlu menyadari dan menerima kenyataan bahwa sebagai manusia, kita memiliki kelemahan dan kekurangan. Kesadaran ini sangat penting untuk menghindari rasa frustrasi yang berlebihan saat mengalami kegagalan.
Melalui bacaan Injil hari ini, Yesus mengajak kita untuk fokus melakukan tindakan-tindakan baik dalam kehidupan sehari-hari, tanpa terbebani oleh tekanan untuk menjadi sempurna. Sekecil apapun tindakan baik yang kita lakukan, Tuhan pasti akan menghargai dan memperhitungkannya. Hal ini mengajarkan kita bahwa kualitas dari kehidupan kita bukan hanya diukur dari pencapaian kesempurnaan, tetapi dari niat dan usaha kita untuk melakukan hal-hal baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menerapkan ajaran ini dengan cara-cara yang sederhana. Kita bisa membagikan kasih Tuhan kepada sesama melalui tindakan-tindakan kecil seperti menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada orang lain, membantu keluarga atau tetangga yang sedang mengalami kesulitan, atau membagikan kelebihan yang kita miliki kepada mereka yang membutuhkan. Setiap tindakan kecil ini merupakan bentuk pengungkapan dari cinta dan kepedulian kita, yang kemudian akan memperkaya kehidupan kita dan kehidupan orang lain.