Ketika mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), ada kajian agama yang menarik dari seorang narasumber yang dilontarkan pada forum ilmiah. Narasumber yang berprofesi sebagai dosen di UIN Syarif Hidayahtullah, memberikan kajian menarik. Dia mengatakan bahwa selama melakukan studi tentang agama-agama, saya hanya menemukan “jalan cinta kasih” yang ditawarkan oleh Yesus. Dosen, sekaligus narasumber ini seorang muslim seakan dan apa yang dikatakannya, menghentakan kesadaran para peserta seminar dengan membangun narasi cinta kasih sebagai nilai dasar dalam membangun kehidupan bersama.
Ketika menelusuri ajaran Yesus, Ia selalu memperlihatkan sesuatu secara berbeda. Pada zaman-Nya, saat kekerasan dibalas dengan kekerasan, Yesus justeru menerapkan jalan cinta kasih yang menjadi jembatan untuk membangun nilai persahabatan antar sesama. Ketika kesadaran publik digiring untuk membenci musuh-musuh, namun Yesus hadir menawarkan cinta pada musuh. Apa yang dilakukan oleh Yesus bukan terkesan mengada-ada tetapi lebih dari itu, tindakan-Nya memperlihatkan kerahiman Allah yang menjangkau semua orang.
Hukum kasih menjadi hukum utama yang harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hukum kasih terarah pada Allah dan manusia. Menyatakan kasih pada Allah tidak bisa diperlihatkan secara langsung, namun kasih itu diberikan pada sesama yang membutuhkan. Orang lain, sesama, menjadi sasaran cinta kasih dan dengan membangun cinta kasih yang tulus pada sesama maka secara tidak langsung, kita membangun cinta kasih vertikal, yakni pada Allah yang maha rahim. Mengasihi sesama harus dimulai dari diri sendiri. Jika kita mencintai diri sendiri maka dengan sendirinya keterarahan cinta itu mengarah pada orang lain.
“Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Penggalan teks ini menggambarkan tindakan ritualistik dan tindakan kasih secara nyata pada sesama. Yesus mengajarkan soal keseimbangan dalam hidup. Ada saat kita membangun relasi dengan Tuhan melalui doa-doa, namun lebih dari itu dituntut untuk memperlihatkan buah dari doa itu, yakni tindakan nyata.
Yesus telah mengajarkan tentang kasih itu dan menegaskan kasih itu dalam tindakan nyata. Yesus menyatakan kasih dan kecintaan-Nya pada manusia melalui jalan pengorbanan diri. Tak ada cara lain untuk memperlihatkan kasih yang menyelamatkan itu kepada manusia. Jalan kasih adalah jalan terjal tetapi dilalui juga sebagai bentuk ketaatan dan wujud kasih-Nya pada manusia. Sebelum mengasihi orang lain, setiap kita belajar untuk mencintai diri sendiri. Tak ada kasih yang sempurna selain kasih seorang yang memberikan dirinya untuk menjadi tebusan dosa. Karena cinta, Ia terluka dan membawa manusia pada sebuah pengharapan. Luka Yesus, luka cinta, luka kesuksesan.*