Hukum Lama, hukum dari Perjanjian Lama, menetapkan berbagai ajaran moral, serta tata cara atau ritual dalam penyembahan. Yesus menjelaskan bahwa Dia tidak menghapuskan semua yang diajarkan Allah melalui Musa dan para nabi. Perjanjian Baru adalah puncak dan penyempurnaan Perjanjian Lama. Dengan demikian, tidak ada yang dihapuskan; ajaran yang lama telah digenapi dan dibawa kepada kesempurnaan.
Ajaran moral Perjanjian Lama adalah hukum yang mengalir terutama dari akal manusia. Masuk akal bahwa seseorang tidak boleh membunuh, mencuri, melakukan perzinaan, berbohong, dll. Juga masuk akal bahwa Tuhan harus dihormati dan disembah. Sepuluh Perintah Allah dan hukum-hukum moral lainnya masih berlaku sampai sekarang. Tetapi Yesus mengajarkan dan membawa kita lebih dalam dari aturan yang lama itu. Dia tidak hanya memanggil kita untuk melangkah lebih dalam menaati perintah-perintah ini, Dia juga menjanjikan kasih karunia agar ajaran moral itu dapat digenapi. Dengan demikian, “Jangan membunuh” diperdalam pada persyaratan pengampunan yang lengkap dan total dari mereka yang menganiaya kita.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa kedalaman baru dari hukum moral yang Yesus berikan sebenarnya melampaui akal manusia. “Jangan membunuh” masuk akal bagi hampir semua orang, tetapi “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” adalah hukum moral baru yang masuk akal hanya dengan bantuan Rahmat Allah. Tanpa Karunia Allah pikiran alami manusia saja tidak dapat memenuhi perintah baru ini.
Hal ini sangat berguna untuk dipahami, karena seringkali di dalam menjalani hidup kita mengandalkan akal manusiawi kita saja ketika harus membuat satu pilihan moral. Dan meskipun akal manusiawi kita akan selalu mengarahkan kita menjauh dari kegagalan moral yang paling jelas, mengandalkan akal sehat saja tidak akan cukup untuk membimbing kita ke puncak kesempurnaan moral. Kasih karunia, Rahmat Tuhan diperlukan agar panggilan yang tinggi ini menjadi masuk akal. Hanya oleh Rahmat-Nya kita dapat memahami dan memenuhi panggilan untuk memikul salib kita dan mengikuti Kristus.
Dalam hari-hari puasa ini, mari luangkan waktu merenungkan panggilan setiap kita menuju kesempurnaan hukum dan aturan Tuhan. Jika tidak masuk akal bagimu bagaimana Tuhan dapat mengharapkan kesempurnaan darimu, maka berhentilah sejenak dan renungkan fakta bahwa kamu benar—itu tidak masuk akal bagi akal manusia saja! Berdoalah agar akal manusiawi kita akan dibanjiri dengan cahaya rahmat Allah sehingga kita tidak hanya dapat memahami panggilan luhur menuju kesempurnaan tetapi kita juga akan diberi rahmat yang dibutuhkan untuk mencapainya.