Emil Hurek Sedang memberikan Ketrangan kepada Peduli News beberapa saat lalu. Emil diminta Penilaiannya tentang Kinerja WPA
TIRILOLOKNEWS.COM || REGIONAL –
Kupang, PN ? Organisasi Warga Peduli Aids ? WPA yang dibentuk di setiap Kelurahan memiliki tugas berat. Organisasi ini bertugas menyiapkan masyarakat dengan berbagai Informasi tentang Virus HIV sehingga kehadiran Orang Dengan HIV dan AIDS ? ODHA bisa diterima. Demikian pandangan yang disampaikan menejer Program Yayasan Flobamora Support Emil Hurek ketika ditemui PN pekan silam.
? WPA itu dia punya fungsi sangat bagus sebenarnya, terutama program kegiatan yang benar-benar dijalankan itu ke depannya bagus artinya mereka langsung ke mereka punya warga. Menjadi pertanyaan apa jaminannya mereka melakukan itu, ya minimal semua warga yang ada di kota mengerti HIV. Itu dulu. Untuk menerima ODHA ditengah-tengah masyarakat itu tidak mudah. Paling kurang mereka (masyarakat )mengerti dulu. Jangan sampai asal dibentuk ada pengurusnya menjadi laporan ke KPA Pusat, tetapi pelaksanaan tugas dilapangan nol?, Kritik Hurek lagi
Menurut dia, di mana ada kasus HIV dan AIDS Yayasan Flobamora Support pasti ada di situ, namun hanya terbatas pada keluarga dan tetangga karena itu kehadiran WPA disambut baik. ? Kalo kami turun itu kami pasti sosialisasi ke keluarga ODHA, untuk bisa menerima anggota keluarga yang positif dan paling tidak tetangga sekitar yang terdekat ikut membantu bahkan tahu juga jadi kalau kami jelas. Sekarang dengan adanya WPA kami juga berkeinginan untuk kerja sama artinya ada di RT mana kami tidak perlu kesana tapi WPA yang ada disana itu melakukan kegiatannya jadi mereka mungkin sosialisasi atau ada apa mereka bisa kontak kami untuk membantu dan lain sebagainya?, ujarnya.
Ia menilai, 10 WPA yang telah dibentuk pada 2014 belum bekerja maximal hal ini dibuktikan dengan penolakan terhadap WPA di Kelurahan Oesapa. ? Kalau tidak salah itu kami menghubungi WPA karna yang bersangkutan menolak kehadiran kami, kami minta bantuan ke WPA malah tidak bisa dibanding dengan kami, akhirnya kami mengambil alih sendiri berusaha mencoba masuk walaupun dikejar dengan parang. Yang emosi itu suami yah dia tidak mau menerima status, kalau pun menerima dia tidak mau orang lain tahu karna kehadiran kami disitukan muka baru wah tau dari mana tiba-tiba timbul pertanyaan disekitarnya kan, karena yang bersangkutan punya pergaulan dengan lingkungan yang cukup luas, anak muda biasa datang duduk di rumah tiba-tiba muncul orang baru. Sebagai apa dia, gitu. jadi setelah itu kami minta bantuan ke Wpa tapi dia (WPA ) tidak mampu?, katanya.
Hurek menyarankan KPAD kota Kupang tidak asal memben tuk WPA tetapi harus disiapkan dengan matang sehingga di lapangan mereka bisa memberikan informasi yang benar. ? Jangan sampai sudah dibentuk pengurus, turun ke lapangan ada pertanyaan dari masyarakat tidak jawab dibilang bodoh mendingan jawab tetapi salah kan gitu. Yang saya lihat kesiapan pengurus, pembentukannya silahkan, satu hari kita bisa bentuk?, imbuhnya.
Dari seluruh persoalan yang diuraikan kata Hurek, insentif menjadi salah satu factor penting dalam mendukung operasional para pengurus WPA. ? saya tidak tahu ada insentif atau tidak ada, tetapi sebaiknya KPAD memikirkan itu, kalo tidak orang lebih baik ojek dia muat penumpang dia dapat duit. Dia datang laksanakan kegiatan sosialisasi duduk satu jam atau satu setengah jam untuk menjelaskan ke seratus orang, belum tentu dia dapat duit orang sekarang berpikir soal ekonomi?, ungkapnya.
WPA dapat melibatkan warga diseluruh kota tapi syarat untuk menjadi pengurus bukan hanya dia orang yang mempunyai pengaruh karna justru orang pengaruh sering tidak punya waktu.
WPA Menjadi Harapan Kita
? WPA menjadi harapan kita semua karna angka HIV semakin banyak dan persebarannya semakin luas. Pelibatan warga sudah menjadi keharusan pengentasan HIV sudah harus disamakan dengan penyakit yang lain.
Masyarakat harus ikut bertanggung jawab terhadap kesejahtraan masyarakat lain?, kata Boly Tonda Baso Koordinator Wilayah HIV Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Timur.
Menurut dia, pembentukan WPA tidak semudah telapak tangan namun langkah itu patut diapresiasi karena Pemerintah punya keterbatasan karna itu dibutuhkan kaki tangan yakni masyarakat.
? Keterlibatan masyarakat harus ditopang dengan pengetahuan yang memadai tentang HIV.jangan sampai justru warga yang terlibat dalam WPA , tidak mampu menjawab persoalan. Jangan sampai dia menjadi orang pertama yang menghindar. Ini menjadi persoalan karna memang diskriminasi terhadap para ODHA sangat kuat di masyarakat ketika ada kasus stigmanya besar ini bisa menjadi masalah baru. pengetahuan dan keterampilan itu wajib?, pungkasnya. (Ipin)