Jam weker di atas meja menunjukkan pukul 16.00 WITA, sambil menyeruput kopi pahit, saya berbincang dengan salah seorang teman via telepon. Namanya El atau lebih lengkapnya Gabriela Tri Sutarni Hadia. Saat pertama kali menerima telepon saya, dia langsung menyapa dengan ramah. Sikap ramah sangat melekat dalam dirinya.
El lahir di Sungguminahasa pada 29 September 1999. Anak kedua dari pasangan bapa Rofinus Jeharut dan ibu Maria Hadia ini, menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDK Wae Mbeleng, Manggarai. Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar, El melanjutkan pendidikannya di SMPK St. Klaus Kuwu, Manggarai dan kemudian menempuh pendidikan di SMAN 1 Langke Rembong, Manggarai. Pendidikan di tingkat perguruan tinggi dia selesaikan di Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang, dengan mengambil jurusan Agribisnis. Setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, EL bergabung dan bekerja di salah satu lembaga penelitian internasional yang bergerak di bidang agroforestry bernama ICRAF (International Center for Research in Agroforestry).
Awal Mula Bergabung dan Pengalaman Bekerja di ICRAF
“Saya mau belajar banyak hal tentang isu-isu seputar lingkungan hidup dan khususnya juga tentang dunia pertanian. Dalam hubungannya dengan ini, saya punya keyakinan tersendiri bahwa ICRAF dapat menjadi tempat yang tepat untuk belajar tentang lingkungan hidup dan juga tentang dunia pertanian. ICRAF memberi ruang kepada saya untuk turun secara langsung melihat realitas lingkungan hidup, mendengarkan keluh kesah dari para petani tentang persoalan mengolah tanah, mencari solusi-solusi yang bijak dalam mengatasi persoalan-persoalan lingkungan hidup dan pertanian, dan masih banyak hal lainnya. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk bergabung dengan ICRAF.” Demikian ungkap El dalam sesi wawancara sore itu.
Ketertarikan El dalam dunia pertanian, mendorong gadis berusia 24 tahun ini untuk melamar ke ICRAF. Berkat kerja kerasnya dan niat yang besar, alumnus SMPK St. Klaus Kuwu ini, lolos dalam tahap seleksi dan terpilih menjadi salah satu peneliti muda di lembaga tersebut.
El mulai bergabung dengan ICRAF pada tahun 2022. Gadis yang senang membaca buku sastra ini, menjadi peneliti muda dalam kegiatan Inkubator Peneliti Muda Lanskap ICRAF di Timor Tengah Selatan. Selain itu, dia juga menjadi Enumerator Survei Pasar dan Pengembangan Usaha ICRAF Timor Tengah Selatan (TTS).
“Di ICRAF saya bersama teman-teman ditugaskan untuk mendampingi masyarakat khususnya para petani di wilayah TTS. Ada 12 desa di TTS yang kami dampingi. Saya dan teman-teman tinggal di rumah-rumah warga, kami mengumpulkan data-data dari masyarakat berkaitan dengan potensi-potensi pertanian di wilayah TTS. Kami juga meneliti tentang ketersedian air dalam mendukung usaha pertanian. Selain itu, dalam hubungannya dengan pembenahan lingkungan hidup, kami menggali dan meneliti persoalan lingkungan hidup yang terjadi di masyarakat. Misalnya masalah tebas bakar yang umumnya dilakukan oleh masyarakat TTS saat membuka lahan. Dalam hal ini, saya dan teman-teman berusaha menyadarkan masyarakat tentang bahaya dari tebas bakar, seperti menyebabkan pencemaran udara, tingkat kesuburan tanah menurun, dan ketersedian air juga berkurang karena pohon-pohon besar yang tentunya menyokong persedian air juga akan ikut mati terbakar api. Setelah itu kami memberikan pelatihan kepada mereka tentang cara mengolah lahan pertanian dengan metode yang ramah lingkungan.” Demikian tutur gadis berkulit putih itu.
Tantangan dalam Bekerja
Setiap pekerjaan tentu mempunyai tantangan dan El juga menyadari hal ini. Dalam sesi wawancara sore itu, El mengungkapkan beberapa tantangan yang dia hadapi saat bekerja di TTS sebagai peneliti muda di bidang lingkungan hidup dan pertanian. “Ada beberapa tantangan yang saya hadapi selama bekerja. Pertama, masih banyak masyarakat yang tidak proaktif mengikuti program-program yang kami buat. Banyak masyarakat yang kurang menyadari pentingnya model pengolahan pertanian yang ramah lingkungan. Kedua, keadaan geografis di TTS yang umumnya merupakan wilayah perbukitan ditambah lagi dengan akses jalan yang belum memadai, membuat kami kesulitan untuk menjangkau wilayah pertanian di desa-desa terpencil. Ketiga, kesulitan dalam berkomunikasi. Umumnya saat bekerja, kami berhubungan dengan warga lokal yang agak sulit dalam berbahasa Indonesia. Saat berkomunikasi dengan mereka, kami membutuhkan penerjemah supaya poin-poin yang kami sampaikan bisa dimengerti.” Demikian ungkap EL.
Berbagai tantangan yang dihadapi El dalam bekerja, tidak menyurutkan semangatnya dalam memperhatikan dan memperjuangkan keutuhan alam ciptaan. Alumnus SMAN 1 Langke Rembong ini, tetap giat dalam bekerja dan menyuarakan metode pertanian yang ramah lingkungan. Bersama teman-temannya El sudah melakukan pendampingan di desa-desa yang terpilih di wilayah TTS.
Hal-Hal Positif yang Diperoleh Selama Bekerja
“Banyak hal positif yang saya dapatkan selama bekerja di ICRAF, khususnya dalam memperjuangkan keutuhan alam. Pertama, pengetahuan dan materi-materi yang saya dapatkan di bangku kuliah menjadi tidak mubazir. Di bangku kuliah saya dibekali dengan banyak teori tentang pengolahan pertanian yang ramah lingkungan. Dalam hubungannya dengan hal ini, dengan bekerja di ICRAF saya memiliki ruang untuk mengaplikasikan semua pengetahuan yang saya miliki dalam konteks yang riil. Kedua, aspek teamwork dan leadership saya dapat terasah. Persoalan lingkungan hidup, tidak bisa di atasi oleh satu orang. Saya bersyukur mendapat kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang-orang yang punya minat dan niat yang sama untuk menjaga keutuhan lingkungan hidup. Ketiga, pengalaman-pengalaman yang saya dapat dari masyarakat juga menambah wawasan saya tentang cara mengatasi persoalan lingkungan hidup.” Demikian ungkap gadis yang suka menulis cerpen dan puisi itu.
Gadis yang menjadi salah satu lulusan terbaik prodi Agribisnis di Universitas Nusa Cenda Kupang pada tahun 2022 ini, mengaku merasa senang bekerja sebagai peneliti muda dalam bidang lingkungan hidup dan pertanian. Selain karena dia mendapat banyak pelajaran dari pekerjan yang dia jalankan, dia juga senang karena bisa membantu masyarakat dalam mengembangkan metode pertanian yang ramah lingkungan.
****
Usaha untuk menjaga keutuhan lingkungan hidup mesti dilakukan terus-menerus. El menyarankan agar setiap orang mesti selalu berusaha dan tidak boleh lelah menjaga keutuhan lingkungan hidup. “Jadikan alam sebagai sahabat dalam hidup bukan sebagai objek eksploitasi kita. Saya punya keyakinan tersendiri bahwa jika kita mampu mengolah alam misalnya lahan pertanian dengan baik, maka alam juga akan menjaga dan memberikan hasil yang terbaik untuk kita.” Tutur El, mengakhiri perbincangan kami sore itu.