Kota Kupang, TIRILOLOKNEWS.COM || REGIONAL – Pada hari Kamis, 9 Mei 2024, ribuan umat Katolik, imam, biarawan-biarawati dan sejumlah udangan dari agama lain membanjiri Gereja Katedral Kristus Raja Kupang. Mereka hadir sebagai saksi mata peristiwa sakral “Pentahbisan Mgr. Hironimus Pakaenoni Pr” sebagai Uskup Agung Metropolitan Kupang. Dia ditahbiskan oleh uskup pentahbis utama Yang Mulia Mgr. Piero Pioppo, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia yang didampingi oleh Mgr. Petrus Turang Pr. uskup emeritus dan Mgr. Dominikus Saku, Pr. Uskup Atambua serta para uskup lain yang hadir baik dari Indonesia maupun dari Timor Leste.
Peristiwa berahmat dan bersejarah ini semakin mencapai aura keagungannya ketika uskup pengkotbah Mgr. Petrus Turang Pr. mengatakan bahwa “sebagai gembala harus sadar bahwa dia adalah “the Wounded Shepherd” (Gembala yang terluka) yang memerlukan penyembuhan dan pemulihan bersama seluruh kawanan yang dipercayakan kepadanya. Oleh karena itu si gembala hendaknya bersikap terbuka, rendah hati dan murah hati.”
Sementar itu si gembala Keuskupan Agung Kupang yang baru saja ditahbiskan membuka kata sambutannya dengan, “Siapakah aku ini, sehingga Tuhan-ku berkenan memilih aku? Mengapa saya? Tidak adakah yang lain yang lebih baik dan pantas untuk martabat dan jabatan ini? Pertanyaan-pertanyaan ini yang terus berkecamuk dalam pikiran dan hati si gembala sampai pada hari tabhisannya sebagai uskup. Ia memilih motonya “Pasce Oves Meas” (Gembalakanlah domba-domba-Ku). Dia sangat sadar bahwa gembala bukanlah sebuah profesi yang menteren dan menggiurkan sehingga dimninati kebanyakan orang, sejak zaman Yesus sampai sekarang ini”. Dia sadar bahwa dia adalah gembala yang jauh dari sempurna tetapi dia adalah “the wounded shepherd”.
Mgr. Hironimus Pakaenoni, Pr menegaskan bahwa si gembala bukan hanya satu bintang yang bersinar terang demi menerangi seluruh jagat tetapi sebaliknya si gembala adalah satu bintang yang bersama bintang yang lain untuk menerang jagat raya. Maka sebagai uskup yang baru saja ditabhiskan membuka diri demi membangun relasi yang sehat dengan orang lain dan berkerja sama dengan siapa saja yang berhendak baik. Mgr. Hironimus Pakaenoni adalah “the wounded Shepherd’, yang selalu dan akan tetap berjalan bersama seluruh kawanan yang dipercayakan kepadanya. Tuhan berkenan memilih dia untuk martabat dan jabatan ini karena kesadaran bahwa ia adalah cuma satu bintang di antara bintang yang lain.