Kota Kupang, TIRILOLOKNEWS.COM || REGIONAL – Radio TIRILOLOK terus bersinergi dengan berbagai inovasi, khususnya dalam karya pewartaan sabda Allah. Berdiri sejak tahun 1987, Radio TIRILOLOK telah dikenal secara luas oleh masyarakat, tak hanya di Kota Kupang atau daerah-daerah lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur, tetapi juga sampai ke luar negeri.
Dalam rangka memperluas bidang pewartaan tersebut, Radio TIRILOLOK melaunching buletin Verbum pada Sabtu (4/5) bertempat di Aula Sekolah Tinggi Pastoral (STIPAS) Keuskupan Agung Kupang, yang menghadirkan tiga narasumber dalam sesi talkhsow, yakni Ketua STIPAS KAK, RD Dr. Florens Maxi Un Bria, S.Ag., M.Sos, Direktur Utama Radio TIRILOLOK, P. Dismas Longginus Mauk, SVD dan akademisi katolik Drs. Marianus Kleden, M.Si.
Buletin Verbum sendiri diinisasi oleh sejumlah tokoh katolik yang tergabung dalam tim 12, antara lain Toni Kleden, Frans Sarong, Herman Yoseph Utang, Marius Jelamu, Anton Bele, Herman Seran dan Isidorus Lilijawa.
Dalam acara talkshow tersebut, P. Dismas Longginus Mauk, SVD mengatakan bahwa kehadiran Verbum ialah untuk menjawabi kerinduan orang beriman, dan bagaimana umat dapat merefleksikan konteks memahami untuk percaya dan percaya untuk memahami.
Sementara Drs. Marianus Kleden, M.Si menyoroti bahwa sebagai orang katolik, khususnya awam katolik, yang mesti dilakukan ialah menjadi garam bagi dunia. Umat mesti kembali ke tempat kerja dan menggarami pekerjaannya dengan nilai-nilai katolik. Ia mengambil contoh bagaimana Universitas Katolik Parahyangan Bandung yang kendati menjadi lembaga pendidikan katolik, namun tidak serta merta menunjukkan identitas katoliknya secara terbuka, namun lebih menekankan pada penerapan nilai dalam ajaran katolik.
RD Dr. Florens Maxi Un Bria, S.Ag, M.Sos berharap bahwa Verbum sebagai sabda yang tertulis, yang akan tinggal tetap, dapat dibaca dan direfleksikan, sehingga dengan refleksi yang berlanjut dapat membuat umat memahami realitas yang sesungguhnya. Ia juga mengutip pernyataan filsuf Habermas yang menyebut bahwa realitas apapun dalam hidup manusia bias dipahami dengan salah satu cara, yaitu refleksi.
Acara ini diikuti oleh puluhan peserta, baik perorangan maupun kelompok, antara lain awam katolik dari berbagai prosefi, di antaranya politisi, akademisi, dan jurnalis, perwakilan paroki, komunitas biara, sertainstansi pendidikan katolik.