Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Dalam perkataa
Ketika Yesus mengatakan bahwa Dia adalah gembala yang baik, Dia menggambarkan hubungan yang erat antara diri-Nya dan umat-Nya. Dia bukan hanya sekadar pemimpin yang jauh dan tidak terjangkau, tetapi Dia adalah gembala yang turun tangan, yang hadir di tengah-tengah domba-domba-Nya dalam kebaikan dan kelembutan-Nya yang tak terbatas. Dia mengenal setiap domba dengan nama, dan setiap domba mengenal-Nya dengan suara-Nya yang penuh kasih.
Perlu dicatat bahwa kelembutan Sang Gembala tidaklah membuat-Nya lemah. Sebaliknya, Dia adalah gembala yang kuat dan berani, yang siap memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Pengorbanan-Nya adalah bukti cinta-Nya yang mendalam dan kesediaan-Nya untuk melindungi dan menyelamatkan umat-Nya dari segala bahaya. Dalam kematian-Nya yang suci di atas kayu Salib kita menemukan bukti cinta dan pengorbanan-Nya yang tak terbatas bagi umat-Nya.
“Paus Fransiskus pernah menyampaikan pesan pastoralnya kepada sekelompok Imam bahwa “I wish you to be shepherds with ‘the smell of the sheep”, yang artinya “Saya ingin Anda menjadi gembala dengan ‘Berbau domba” . Paus mengingatkan pada imamnya untuk berbuat seperti Yesus yang tidak takut-takut untuk hidup bersama umat dan memahami seluruh perjalan hidup mereka bahkan rela mati seperti Yesus untuk umatnya. Ia mengatakan bahwa para gembala harus menjadi “orang-orang yang mampu hidup, tertawa, dan menangis bersama umat yang dilayani.
Mari kita mengikuti jejak domba-domba-Nya yang taat, yang dengan setia mengikuti suara Sang Gembala. Marilah kita merespons panggilan-Nya dengan ketulusan hati dan tangan yang terbuka, siap menerima kasih-Nya yang melimpah dan pengorbanan-Nya yang besar. Sebab hubungan kita dengan Sang Gembala yang baik, kita menemukan jalan hidup yang sejati dan kebahagiaan yang kekal.