Di Balik Minyak Narwastu: Lahir Perspektif Hati yang Berbeda (Yohanes 12: 1-11)

Detik-detik terakhir sebelum Yesus menuju golgota untuk membasahi bumi dengan darah dan air dari lambung-Nya, Injil Yohanes 12:1-11, mengisahkan adegan yang sangat kontras soal perbuatan kasih.

Maria, dengan tindakan penuh kasih sayang dan penghormatan, meminyaki kaki Yesus menggunakan minyak narwastu yang sangat mahal, dan menyekahnya dengan rambutnya.

Detik-detik terakhir sebelum Yesus menuju golgota untuk membasahi bumi dengan darah dan air dari lambung-Nya, Injil Yohanes 12:1-11, mengisahkan adegan yang sangat kontras soal perbuatan kasih. Maria, dengan tindakan penuh kasih sayang dan penghormatan, meminyaki kaki Yesus menggunakan minyak narwastu yang sangat mahal, dan menyekahnya dengan rambutnya. Perbuatan ini, bagi Yesus, merupakan ekspresi cinta dan pengorbanan yang mendalam. Sementara itu, Yudas Iskariot melihat tindakan yang sama sebagai suatu pemborosan. Ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana perspektif hati kita dalam melihat perbuatan baik.

Maria menunjukkan bahwa perbuatan baik sering kali dinilai tidak hanya dari tindakannya, tetapi juga dari niat dan hati di balik tindakan tersebut. Bagi Yesus, apa yang dilakukan Maria adalah persembahan cinta yang paling tulus. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan melihat apa yang ada di dalam hati kita, lebih dari apa yang bisa dilihat oleh mata manusia.

Maria tidak menghitung harga minyak narwastu; bagi dia, yang terpenting adalah menunjukkan cinta dan penghormatannya kepada Yesus. Hal ini mengajarkan kita tentang pengorbanan—bahwa kadang-kadang kita dipanggil untuk memberikan yang terbaik yang kita miliki sebagai bukti cinta kita kepada Tuhan dan sesama, tanpa menghitung kerugian atau keuntungan material.

Yudas Iskariot, yang menilai tindakan Maria dari perspektif material, mengingatkan kita bahwa terlalu sering kita terjebak dalam nilai dunia yang fana. Dalam mencari makna dan kepuasan, apakah kita lebih mementingkan nilai-nilai material daripada spiritual? Kisah ini mengajak kita untuk menilai ulang prioritas dan nilai-nilai kita dalam hidup.

Maria menunjukkan kesetiaan dan pelayanan tanpa pamrih kepada Yesus, suatu sikap hati yang harus kita teladani. Dalam kehidupan kita sehari-hari, bagaimana kita dapat menunjukkan kesetiaan dan pelayanan yang sama, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama kita?

Yesus menerima persembahan Maria dengan pengakuan yang penuh kasih. Dia melihat jauh lebih dalam daripada sekadar tindakan fisik Maria; Dia melihat hati. Ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap perbuatan kasih yang kita lakukan, apa pun reaksi dunia, Tuhan melihat dan menghargai niat dan cinta yang mendasarinya.

Melalui peristiwa ini, kita diajak untuk merenungkan: apa yang kita persembahkan kepada Tuhan dan sesama? Apakah kita melakukan hal itu dengan hati yang tulus, tanpa mengharapkan balasan, atau kita masih terjebak dalam pandangan dunia yang materialistis? Kisah Maria dan minyak narwastu mengajak kita untuk mengkaji ulang motivasi dan perspektif hati kita dalam setiap tindakan pelayanan kita.

Penulis: P. Dismas Longginus Mauk, SVDEditor: Anastasia Bunga Kedang