Dalam Injil Markus 4: 1-20 ada kisah perumpamaan yang menarik di mana Yesus memperlihatkan diri-Nya sebagai seorang penabur benih. Benih yang ditaburkan Yesus adalah Sabda Allah penuh kebijaksanaan. Seperti seorang petani modern yang memilih lahan untuk menanam, begitu juga Yesus yang menanamkan Sabda Allah di berbagai “lahan hati manusia.”
Dalam perumpamaan menarik dari Injil Markus 4:1-20, Yesus menggambarkan keberagaman respons terhadap Sabda Allah yang ditawarkan oleh Yesus dengan empat jenis pendengar yang mencerminkan kondisi hati manusia. Meskipun semuanya berbagi pengalaman mendengarkan Sabda Yesus, namun respons mereka bervariasi seperti jatuhnya benih yang ditaburkan.
Pertama, benih yang jatuh dipinggir jalan adalah orang-orang yang mendengar Sabda Allah. Sabda Allah itu masuk ke dalam hati mereka, namun Sabda Allah itu tidak bertahan lama karena ketika tantangan dan kesulitan dunia ini datang menghimpit serta tipu daya dari si iblis yang penuh dengan kebohongan, mereka segara melupakan Sabda Allah itu dan kembali ke cara hidup mereka yang lama.
Kedua, benih yang jatuh di tanah berbatu-batu, adalah orng yang mendengarkan Sabda Allah dan menerimanya dengan penuh sukacita, namun Sabda Allah itu tidak berakar dalam hati mereka ibarat tanah yang berbatu berakar dan tahan sebentar, tetapi apabila datang penindasan atau penganiayaan, mereka segera murtad.
Ketiga, benih yang jatuh di Tengah semak berduri, adalah orang yang mendengarkan Sabda Allah dan menerimanya, tetap Sabda Allah itu dihimpit oleh kekhawatiran dunia, tipu daya kekayaan, dan keinginan-keinginan akan hal yang lain sehingga Sabda Allah itu tidak membuahkan hasil.
Keempat, benih yang jatuh di tanah yang subur adalah orang mendengarkan dan menyambut Sabda Allah dan Sabda Allah itu betul-betul tertanam dalam hari mereka, sehingga menghasilkan buah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.
Semoga benih Sabda Allah yang kita refleksikan dalam renungan ini membantu kita untuk mempersiapkan hati kita sebagai lahan yang subur yang siap untuk meresapi dan menanamkan firman-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita sehingga pada akhirnya akan menghasilkan buah-buah keberhasilan yang melimpah yang menunjukkan berkat dan pertumbuhan rohani dalam hidup kita.