Tiga tahun lamanya Yesus mewartakan kabar baik kepada semua orang. Yesus tahu bahwa pewartaan-Nya tidak bisa dilaksanakan sendiri, karena itu Ia memilih murid-murid untuk belajar pada-Nya, setelah itu membantu dalam karya pewartaan. Yesus memilih kedua belas murid dengan mempertimbangkan keberlanjutan pewartaan kabar baik itu. Rancangan pewartaan yang dilakukan oleh Yesus itu bukan hanya berlangsung sesaat tetapi berlangsung untuk selamanya. Dengan memikirkan keberlanjutan pewartaan inilah maka Yesus memilih dan mengutus orang-orang dipilih-Nya untuk menjadi pewarta kabar suka cita.
Seluruh karya pewartaan Yesus dilanjutkan oleh Gereja. Setiap tahun, banyak tahbisan imam baru dan diutus ke tanah misi. Dengan mengutus para imam, biarawan / biarawati, Gereja sedang melanggengkan pewartaan Yesus ke seluruh dunia agar nilai-nilai Injili bisa membumi pada kehidupan manusia. Perutusan para misionaris ke tanah-tanah misi ini mengingatkan kita juga akan perutusan para murid Yesus. “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.” Perutusan para murid ini mengandung konsekuensi. Diutus bukan berarti bergerak ke tempat misi saja tetapi menyiapkan sikap dan mental ketika terjadi penolakan dari tempat yang dimasuki oleh para murid. Penolakan inilah yang memperlihatkan ketegangan dalam pewartaan dan bahkan menggambarkan bahwa mewartakan Kristus dan ajaran-Nya itu tidak mudah. Ada banyak rintangan yang menghalangi para murid untuk mewartakan kabar baik, bahkan nyawa menjadi taruhan.
Para murid memperkenalkan Kristus dan ajaran-Nya, dan siap sedia untuk menerima tantangan. Yesus sudah memberikan “warning” bahwa ada banyak tantangan, yang digambarkan seperti masuk ke dalam kandang serigala. Para murid yang diutus digambarkan seperti domba yang tulus menyampaikan kabar gembira dan berada di tengah-tengah mereka yang belum percaya pada-Nya. Domba dan serigala memberikan gambaran yang bertolak belakang tentang pewartaan itu. Domba merupakan representasi para pewarta yang tulus dan tidak memberikan perlawanan saat mendapatkan tekanan. Sementara itu serigala, memperlihatkan sikap antipati bagi mereka yang tidak suka dengan ajaran Yesus.
Apakah ketika menghadapi pelbagai tantangan dalam mewartakan kabar baik, dapat mematikan gerak langkah para murid untuk berhenti dan tidak melanjutkan misi pewartaan? Dalam sejarah kekristenan, bisa dicatat bahwa banyak murid menjadi korban kebengisan dari orang-orang yang tidak menginginkan kehadiran kelompok-kelompok yang menamakan diri sebagai pengikut Yesus. Saulus misalnya, sebelum mengalami pertobatannya, ia sangat benci dengan ajaran Kristus dan berusaha melenyapkan orang-orang yang menamakan diri sebagai pengikut Yesus. Setiap hari ia merancang strategi untuk bagaimana menghabiskan nyawa para pengikut Yesus. Namun upah besar yang dialami oleh Saulus setelah memberi restu atas penganiayaan dan kematian Stefanus, ia mengalami sebuah pertobatan. Paulus yang sudah mengalami pertobatan, menjadi pewarta terbesar dan rasul bagi orang-orang kafir.
Pengalaman hidup para pewarta berakhir secara tragis. Namun dari sisi iman, kita yakin dan percaya bahwa di balik peristiwa itu ada pertumbuhan iman yang pesat. Darah para martir adalah benih bagi orang-orang Kristen. “Sanguis Martyrum Semen Christianorum”. * (Valery Kopong)