Larantuka, TIRILOLOKNEWS.COM || REGIONAL – Semana Santa Larantuka merupakan tradisi umat Katolik yang diwariskan sejak lima abad lalu. Tradisi Semana Santa ini sudah menjadi ikon wisata religi umat Katolik.
Semana Santa atau Pekan Suci Paskah di Larantuka, Nusa Tenggara Timur, resmi dimulai setelah kegiatan mengaji Trewa bersama Mardomu Kapela Pintu Tuan Ma dan Tuan Ana di Kapela Tuan Ma pada Rabu (27/03/24).
Gaduh dengan bunyian seng yang diseret ke aspal hingga aksi pukul tiang listrik dengan batu merupakan tradisi Trewa, mengenang kisah awal penangkapan Yesus sebelum dihukum mati. Seng-seng tersebut ditarik sepanjang jalan dari depan Kapela Tuan Ma, berbelok ke barat sejauh ±200 meter, dan menuju Tori Tuan Trewa sejauh 100 meter ke utara, kemudian kembali berlarian menyusuri jalan semula ke arah timur menuju Kapela Tuan Ana sejauh 600 meter.
Trewa berarti bunyi-bunyian yang menjadi tanda masuk perkabungan Yesus selama Tri Hari Suci Paskah.
Kendati selalu diidentikkan dengan penderitaan, makna Rabu Trewa menurut Raja Larantuka, Don Martinus DVG, memberi pesan bahwa penderitaan juga merupakan wujud kegembiraan. Ia menerangkan bahwa bunyi-bunyian yang dibuat sebenarnya merupakan bentuk kegembiraan karena orang yang menganggap dirinya sebagai Raja telah ditangkap. Rabu Trewa menjadi awal kisah sengsara Yesus, yakni saat Yesus ditangkap dan diarak sebelum disalib.
Vicki Riberu, warga Larantuka, menjelaskan bahwa Rabu Trewa memiliki makna untuk mengenang kisah sengsara Yesus. Ia mengatakan bahwa suasana hening akan berlangsung hingga malam Paskah.
Makna dari bunyi-bunyian seng yang diseret ke aspal adalah tanda bahwa hari terakhir umat beraktivitas. Setelah bunyi-bunyian tersebut, suasana akan menjadi sunyi dan sepi.
Suasana hening dan duka akan berlangsung hingga malam Paskah pada Sabtu (30/03/24) saat lonceng Gereja dibunyikan, menandakan bahwa Tuhan Yesus telah bangkit.