Indonesia – Timor Leste Fokus Bahas Pengelolaan DAS

Penasihat Senior DAS Lintas Batas Asia dari CI-GEF (Conservation Internasional – Global Enviroment Facility), Ketut S Putra menyebut bahwa pertemuan dua negara itu dimaksudkan untuk saling berkolaborasi dalam memberikan kontribusi untuk sistem keamanan air global

Kota Kupang, TIRILOLOKNEWS.COM || REGIONAL – Pemerintah Republik Indonesia, melalui Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste melalui Forestry Ministry of Timor Leste kembali mempererat jalinan kerja sama dan komitmen dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah perbatasan antara kedua negara.

Hal tersebut ditegaskan dalam penyelenggaraan Inception Workshop of CI-GEF Management of Indonesia and Timor Leste Transboundary Watershed Project atau Lokakarya Proyek Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Lintas Batas, yang berlangsung di Hotel Sotis pada 21 – 23 Mei 2025.

Lokakarya ini antara lain bertujuan untuk meninjau dan menyesuaikan perencanaan program serta strategi implementasinya berdasarkan situasi terkini di Daerah Aliran Sungai dan prioritas perencanaan pembangunan yang terkait dengan rencana pengelolaan DAS di kedua negara, meninjau dan menyesuaikan substansi Nota Kesepahaman (MoU) dan Pengaturan Pelaksanaan (IA) berdasarkan kebutuhan saat ini dan prioritas proyek, dan menyusun peta jalan (roadmap) untuk Analisis Diagnostik Lintas Batas untuk lokakarya internal pelaksana proyek.

Dalam sambutan pada acara pembukaan, Penasihat Senior DAS Lintas Batas Asia dari CI-GEF (Conservation Internasional – Global Enviroment Facility), Ketut S Putra menyebut bahwa pertemuan dua negara itu dimaksudkan untuk saling berkolaborasi dalam memberikan kontribusi untuk sistem keamanan air global, khususnya dalam upaya mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) – SDGs poin yang keenam, yakni Air Bersih dan Sanitasi.

Ia juga menyoroti pengelolaan watershed sebagai perlindungan sistem lingkungan, yang juga ditunjang dengan berbagai pengetahuan local wisdom atau kearifan lokal setempat, yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat yang hidup di sekitar sungai, baik dalam sistem kekerabatan maupun dalam menjaga harmonisasi dengan alam.

Sementara itu, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan bahwa sebagai wilayah yang berbatasan langsung, Provinsi NTT dan Timor Leste telah berbagi geografi, sejarah, budaya dan ekosistem yang saling terkait dan tak terpisahkan. Ikatan budaya yang kuat tersebut tercermin dalam kehidupan masyarakat di perbatasan kedua negara.

Ia menambahkan bahwa tradisi yang menyatukan masyarakat bersumber dari ekosistem setempat di mana nilai-nilai kekerabatan, musyawarah, persaudaraan, dan kerukunan tetap hidup lintas generasi dan lintas periode. Menurutnya, salah stau simbol penting yang juga menyatukan NTT dan Timor Leste adalah keberadaan Daerah Aliran Sungai lintas batas, yang secara ekologis dan sosial ekonomi, memiliki peran vital dalam menopang kehidupan masyarakat di kedua negara ini.

Pada sesi konferensi pers bersama media, Menteri Muda Kehutanan Timor Leste, Fernandino Vieira da Costa menjelaskan bahwa terdapat 10 DAS yang melintasi perbatasan Indonesia dan Timor Leste, namun hanya ada 2 DAS yang menjadi target utama dalam proyek ini, yakni DAS Talau dan Mota Masin.

Ia berharap agar melalui proyek ini, masyarakat yang hidup di sekitar DAS dapat hidup tentram dan berdampingan untuk membangun daerah masing-masing. Disebutkannya bahwa meski pun secara hukum, mereka dipisahkan oleh batas negara, namun persaudaraan yang sudah sekian lama dibangun akan tetap diprioritaskan dan dijaga agar kebutuhan kedua negara tetap terjamin untuk masa-masa yang akan datang.

Adapun lokakarya tersebut menghadirkan sejumlah pemangku kepentingan, di antaranya perwakilan instansi pemerintah, masyarakat sipil, dan akademisi yang akan saling memperkuat kolaborasi satu sama lain.

Penulis: Katarina LamablawaEditor: Ina Kaseh