Tebarkanlah Jalamu (Yohanes 21:1-14)

Kuasa Allah mengalahkan maut dan Putera-Nya dimuliakan dengan peristiwa kebangkitan-Nya

Penampakan diri Yesus setelah kebangkitan-Nya dari alam maut, memberikan pesan penting, tidak hanya pada para murid tetapi juga pada dunia bahwa Yesus tidak mati untuk selamanya. Kuasa Allah mengalahkan maut dan Putera-Nya dimuliakan dengan peristiwa kebangkitan-Nya. Memang, kitab suci tidak secara detail berbicara tentang proses kebangkitan Yesus. Ada beberapa peristiwa yang menunjukkan peristiwa kebangkitan Yesus, antara lain kekosongsan kubur, malaikat yang menyatakan kebangkitan Yesus dan beberapa peristiwa Yesus menampakan diri-Nya pada para murid. Penampakan diri Yesus membawa peneguhan bagi iman para murid. Mereka yang sebelumnya mengalami pengalaman keterpurukan hidup sebagai akibat dari kematian Yesus, kini mengalami peneguhan.

​Hari-hari penampakan diri Yesus, perlahan membuka kesadaran hati para murid untuk lebih memahami siapa sesungguhnya Yesus. Yesus tidak hanya dikenal sebagai manusia biasa tetapi melalui peristiwa derita, kematian dan kebangkitan-Nya dari alam maut, memberikan penegasan bahwa Ia adalah Anak Allah. Ia datang sebagai penebus dan telah melalui sebuah proses yang tragis. Pengalaman yang dilalui Yesus ini di satu sisi memperlihatkan aspek keilahian-Nya namun di pihak lain, menyisahkan pengalaman traumatik bagi murid-murid-Nya. Iman para murid menjadi keropos dan hidup dalam ruang ketakutan. Kematian-Nya membawa keterbelahan batin bagi para murid yang selama ini menjalani hidup bersama-Nya.

​Pengalaman Paskah merupakan pengalaman iman di mana segala kegelisahan hidup ditanggalkan. Paskah menjadi pergerakan bagi tumbuhnya iman para murid dan sekaligus membangun kepercayaan diri para murid yang hilang. Melalui peristiwa kebangkitan pada Minggu Paskah, dunia dipulihkan kembali oleh darah-Nya yang suci dan setiap orang yang percaya kepada-Nya boleh menaruh harapan. “Itu Tuhan.” Dia yang telah bangkit mengalahkan maut, kini hadir kembali dalam rupa yang berbeda. Hari-hari setelah kebangkitan-Nya, Ia tetap menyertai para murid.

“Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh. Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.” Petrus mengalami nasib yang tidak beruntung. Ia bekerja semalam suntuk menjaring ikan, namun usahanya menjadi sia-sia. Tetapi setelah melihat Tuhan yang menampakan diri dan disuruh-Nya untuk menebarkan jala maka ia mendapatkan begitu banyak ikan. Pengalaman menjala ikan bukan hal baru bagi Petrus. Namun Ia percaya bahwa Yesus yang menyuruh menebarkan jala, tentu mendatangkan keberuntungan.

Pengalaman hidup murid-murid-Nya yang mengalami pasang surut iman karena peristiwa kematian Yesus, juga menjadi pengalaman bersama bagi kita yang mengikuti Yesus. Ada saat di mana kita mengalami kegagalan dalam bekerja, maka muncullah litani hidup yang berkepanjangan. Kita belajar dari Petrus yang walaupun sepanjang malam tidak menangkap satu ekor ikan, namun percaya pada Yesus maka ia mengalami kelimpahan rezeki. Ada bersama Yesus bisa mengubah “kebuntuan” hidup menjadi sebuah “keberuntungan.”